Skip to main content

Litho Adalah Sejenis Cincin untuk Mengontrol Aplikasi AR pada Ponsel Maupun Perangkat Smart Home

Litho / Litho

Perangkat wearable dengan kemampuan mengontrol berbagai perangkat berbasis gesture bukanlah gagasan baru. Jauh sebelum ini, sudah ada Myo Armband, meski eksistensi Myo sendiri pada akhirnya terhenti selagi pengembangnya beralih ke segmen kacamata AR.
Namun kisah Myo untungnya tidak mencegah startup lain untuk memikirkan perangkat serupa yang potensi pengaplikasiannya begitu luas. Salah satu startup yang saya maksud adalah Litho yang bermarkas di dataran Inggris. Produk mereka baru saja diluncurkan, sejenis cincin yang sanggup menjadi pusat kendali atas beragam perangkat lain.
Secara teknis, Litho sebenarnya kurang pantas dikategorikan sebagai cincin, sebab ia terpasang pada dua jari sekaligus, dengan bagian atas dan bawah yang memanjang. Permukaan di bagian bawahnya ini merupakan trackpad, yang berarti pengguna bisa mengombinasikan gesture menunjuk, mengusap sekaligus menyentuh.
Litho
Pada awalnya, desainer Litho melihat potensi perangkat ini sebagai controller untuk AR headset macam Microsoft HoloLens. Namun berhubung AR sekarang juga sudah menjangkiti platform mobile, Litho pun pantas-pantas saja digunakan sebagai controller ketimbang harus menutupi sebagian layar dengan jari ketika memanipulasi objek AR pada ponsel.
Mengendalikan objek AR baru sebagian dari cerita utuh Litho, sebab ia juga mudah sekali dimanfaatkan untuk mengontrol perangkat smart home. Semua itu tergantung keputusan para developer nantinya, dan kabar baiknya, development kit Litho sudah bisa dibeli seharga $199 saja.
Versi ritelnya nanti diharapkan bisa dijual dengan banderol di bawah $100. Produk ini memang bukan untuk semua orang, akan tetapi harga yang terjangkau setidaknya bisa menarik perhatian banyak kalangan konsumen untuk mencobanya.
Sumber: The Verge.

Comments

Popular posts from this blog

Kantor Pos Indonesia bersejarah di Kota Tua

Jakarta :- Gedung Pos di Taman Fatahillah akan mengalami konservasi terkait rencana Pemerintah Jakarta untuk merevitalisasi kawasan Kota Tua. Salah satu kantor pos tertua di Jakarta itu akan difungsikan menjadi  art contemporer museum  dan  visitor information center . Pendiri Komunitas Historia Asep Kambali menuturkan kantor pos tersebut didirikan 1928 pada masa pemerintahan Belanda. Sesuai namanya, kantor pos tersebut didirikan untuk melayani jasa surat menyurat pada masa itu. "Dibangun untuk keperluan komunikasi dari Batavia ke luar (seluruh Indonesia)," kata dia kepada Tempo Selasa 4 Maret 2014. Menurut Asep, pada masanya kantor pos tersebut memiliki fungsi penting karena terletak di pusat pemerintahan. "Saat kantor pos itu dibangun, Museum Fatahillah adalah Kantor Pemerintahan Jawa Barat," kata dia. Memasuki 1930-an, Asep menuturkan, kawasan Kota Tua bergeser menjadi pusat bisnis dengan dibangunnya berbagai kantor perusahaan. "Seperti beberapa...

Contoh Desain Iklan Parfum Media Cetak

Fujifilm X-T30, Versi Hematnya X-T3 dengan X-Trans 4 26-MP

Berbeda dengan Canon, Nikon, dan Panasonic yang tengah sibuk mengembangkan ekosistem  mirrorless full frame  mereka masing-masing, Fujifilm masih enggan berkecimpung di ranah  full frame . Setidaknya untuk saat ini, menurut mereka peningkatan yang dibawa oleh sensor  full frame  dari APS-C tidak terlalu signifikan dan Fujifilm lebih memilih lompat langsung ke  medium format . Setelah merilis  Fujifilm X-T3 , kamera  mirrorless  APS-C flagship dengan sensor X-Trans 4 pada bulan September 2018 lalu, kini mereka telah mengumumkan Fujifilm X-T30. Penerus dari Fujifilm X-T20 ini mengangkut banyak fitur baru yang terdapat pada Fujifilm X-T3, sensor baru BSI CMOS X-Trans 4 26- megapixel  salah satunya. Fujifilm X-T30 juga didukung X-Processor 4 dengan CPU  quad-core  yang sama. Memiliki sistem  AF hybrid  425 poin mencakup seluruh  frame  dan native ISO terendahnya adalah 160. Ia mampu memotret bertu...